Ketika Grup WhatsApp Wali Murid Jadi Grup Arisan

Grup whatsapp wali murid jadi grup arisan
Seiring perkembangan teknologi, manusia semakin dimudahkan dalam berbagai hal dan pekerjaan.

Salah satunya adalah dalam hal telekomunikasi dan informasi. Kita saat ini dimanjakan oleh berbagai produk teknologi dalam bidang telekomunikasi dan informasi.

Langsung saja ke fokus bahasan kami, sesuai judul, yaitu grup whatsapp wali murid.

Sesuai judulnya, tulisan ini kami tujukan bagi para orang tua / wali murid yang mempunyai anak yang sedang bersekolah.

Sudah menjadi semacam tren, bahwa kita sebagai orang tua yang mempunyai anak yang sedang bersekolah, pasti tergabung dalam grup whatsapp wali murid ini.

Mengapa harus gabung grup whatsApp wali murid?
Bergabung dalam grup tersebut seakan menjadi "wajib" bagi orang tua murid.

Bagaimana tidak, banyak hal penting yang diinformasikan oleh pihak sekolah dalam hal ini wali kelas kepada orang tua murid melalui grup whatsapp ini.

Sebut saja, informasi perubahan jadwal pulang sekolah, perubahan jadwal pemakaian seragam tertentu, bahkan sampai informasi PR anak semuanya diinformasikan lewat grup whatsapp.

Akhirnya, orang tua murid yang tidak bergabung dalam grup tersebut jadi kurang up to date.

Misalnya, dia jadi tidak tahu kalau besok jam pulang sekolah maju satu jam dari jadwal seharusnya. Sehingga anak tidak segera dijemput begitu keluar kelas.

Atau anak jadi tidak tahu kalau ternyata tiba - tiba guru memberi tugas lewat grup whatsapp.

Alhasil, mau tidak mau kita sebagai orang tua menjadi "harus" ikut grup, menimbang hal - hal tadi.

Sebenarnya semua itu baik - baik saja sih.. Dengan keberadaan grup tersebut, maka komunikasi dan informasi antara wali murid dan guru / sekolah jadi lebih efektif.

Sayangnya ada beberpa hal yang kami rasa membuat tujuan dari bergabung ke dalam grup tersebut jadi tidak tercapai.

Berikut hal - hal yang membuat grup whatsap wali murid jadi tidak efektif.

  1. Grup jadi tempat ngobrol anggota , berbalas komentar yang tidak penting. Misalnya : " Bun, liburan sekolah pada piknik ke mana?"
  2. Sebagian wali murid menjadikan grup sebagai tempat menanyakan soal PR anak yang tidak bisa dikerjakan. Misal : " Bun, PR yang nomer 5 kok ga ada jawabannya ya?" Buset!
  3. Sebagian wali murid suka menanyakan sesuatu yang seharusnya tidak perlu ditanyakan. Misalnya menanyakan besok pulang jam berapa. Padahal jadwal pulang sekolah selama seminggu sudah diumumkan secara tertulis dan sudah dibagikan ke masing - masing murid. Kalau ada perubahan jadwal, tentu bapak /ibu guru akan menginformasikan di grup. Selama tidak ada pemberitahuan tambahan, berarti tinggal lihat jadwal pulang jam berapa. 


  4. Sebagian wali murid menjadikan grup sebagai tempat up date status. Misalnya parade peragaan foto hasil tugas sekolah anak di rumah. Padahal itu bisa dilakukan lewat sarana lain yang lebih umum, seperti facebook atau twitter. Grup whatsap wali murid dibuat untuk tujuan yang lebih spesifik.
  5. Sebagian grup wali murid berubah jadi grup arisan. Mulai dari mendata peserta arisan sampai pengumuman pemenang arisan diumumkan di grup.  Bisa dibayangkan betapa ramainya grup yang anda ikuti bukan. Masalahnya tidak semua wali murid ikut arisan. Tidak semua wali murid punya waktu luang untuk mengikuti riuhnya suasana arisan.
  6. Ada yang bisa menambahkan?
Nah, karena hal - hal di atas yang membuat grup jadi tidak efektif lagi sehingga membuat sebagian wali murid merasa tidak nyaman.

Mengapa tidak nyaman?
  1. Informasi penting jadi tertutup oleh obrolan yang tidak penting. Sehingga kita harus dengan sabar mengikuti semua percakapan tidak penting dari atas sampai bawah untuk memastikan apakah ada info penting dari sekolah atau tidak.
  2. Notifikasi di hp jadi semakin sering. Kita tidak tahu itu penting atau tidak. Sudah dibela- belain menepikan kendaraan di pinggir jalan, buka notifikasi WA , eh ternyata isinya pengumuman arisan. Cape deh.. Walau hal ini bisa diakali dengan membisukan notifikasi grup. Tapi bagaimana kalau ada pemberitahuan penting dari guru, kan jadi terlewat.
Kalau begitu, ga usah ikut grup? Sudah kami sampaikan di awal tulisan, bahwa kondisi membuat setiap wali murid seakan "harus" ikut grup.

Solusinya
Sebelum menutup tulisan ini, kami ingin menawarkan sebuah solusi untuk mengatasi persoalan tadi.

Yaitu dengan cara membuat grup tersendiri bagi para wali murid yang ingin arisan, ingin "ber-haha-hihi, ingin diskusi PR anak, ingin saling sapa antar anggota dan sebagainya. Bagi yang ingin bergabung bisa bergabung. Sedangkan bagi yang tidak ingin bergabung juga tidak merasa "harus" bergabung.

Sebuah grup yang terpisah dari grup utama wali murid yang berfungsi sebagai media komunikasi antara sekolah dan wali murid.

Mungkin banyak wali murid yang membaca tulisan ini tidak sependapat dengan kami. Sah - sah saja. Kami persilahkan juga untuk menyampaikan pandangannya di komentar.

Semoga tulisan ini bermanfaat dan membuat kita semakin bijak dalam memanfaatkan kemajuan teknologi informasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Menabung Penghasilan 1 juta

Laundry Kiloan Delivery Service Menyambut Warga Pendatang di Jogjakarta

Merencanakan Rekreasi Keluarga Tanpa Biaya