Haruskah Mempercayai Hari Baik Hari Buruk Pernikahan?

Haruskah mempercayai hari baik pernikahan
Hari baik dan hari buruk adalah sesuatu yang dipercayai  oleh sebagian manusia di zaman ini.

Sebenarnya kami ingin mengatakan sebagian besar manusia. Tetapi kami tidak punya data nya. Kami juga tidak pernah mensurvei sehingga bisa menyimpulkan bahwa sebagian besar manusia mempercayainya.

Paling tidak yang kami tahu , ada sebagian manusia yang sangat mempercayai adanya hari baik dan hari buruk. Entah sebagian besar, entah sebagian kecil. Pokoknya ada.

Macam - macam penerapan hari baik / buruk

  1. Hari baik pernikahan
  2. Hari baik buka usaha
  3. Hari baik bangun rumah
  4. Hari baik bepergian
  5. Dan lain - lain


Oh iya, hari baik hari buruk yang kami bahas di sini adalah hari baik / buruk yang dikaitkan dengan sesuatu yang sebenarnya secara akal sehat tidak ada kaitannya.

Itu karena ada juga yang menerapkan hari baik dengan alasan yang bisa dipahami.

  1. Hari baik pernikahan pada hari minggu/ hari libur dengan pertimbangan pada hari tersebut banyak kerabat yang libur sehingga diharapkan banyak yang bisa hadir dan ikut berbahagia pada hari pernikahan.
  2. Hari baik membangun rumah pada tanggal 1 bulan depan dengan pertimbangan pada tanggal tersebut yang bersangkutan sudah punya cukup uang untuk mulai membangun rumah tanpa harus hutang atau kredit. (Silahkan baca : mengapa harus bebas hutang) Jika dia menundanya dikhawatirkan uangnya akan terpakai untuk kebutuhan lain atau khawatir harga material bangunan keburu naik.
  3. Dan yang semisalnya yang hari baik atau buruk dihubungkan dengan pertimbangan yang logis.
Adapun yang kami bahas di sini adalah hari baik atau buruk yang dihubungkan dengan pertimbangan yang tidak jelas atau bisa dikatakan tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. 



Misalnya hari baik pernikahan. Dengan ketentuan tertentu yang tidak logis, sebagian manusia menghukumi tanggal - tanggal tertentu sebagai hari baik untuk menikah, atau malah hari buruk untuk menikah.


Ada banyak ragam jenis bagaimana manusia menghukumi hari sebagai baik dan buruk. Tetapi polanya sama . Yaitu  hari dikatakan baik dan buruk dikaitkan dengan sesuatu yang tidak jelas hubungan sebab akibatnya. Misalnya:

  1. Dikaitkan dengan tanggal lahir
  2. Dikaitkan dengan kejadian di masa lalu pada tanggal / hari yang sama
Sebelum melanjutkan, kami ingatkan kembali bahwa kami menghormati jika ada orang yang memiliki keyakinan hari baik dan hari buruk berdasarkan kepercayaan atau bahkan agamanya.

Bukan itu yang kami kritisi di sini. Hanya saja sebaiknya orang yang mempercayai hal tersebut tidak perlu memaksa orang lain untuk mempercayainya juga.

Setiap orang punya pertimbangan sendiri.
Saling menghormati pilihan orang lain. Sehingga tidak perlu seorang ayah yang akan menikahkan putra putrinya ditekan keluarga besarnya untuk tidak menikahkan putrinya di hari tertentu hanya karena hari tersebut dianggap hari sial. 

Atau bahkan seorang ayah tidak perlu melarang putranya untuk menikahi gadis pilihannya hanya karena tanggal lahirnya mereka anggap tidak cocok. Ini kan lucu jika dipaksakan.


Untuk mempersempit pembahasan agar lebih fokus, mari kita ambil satu bentuk penerapan hari sial / buruk yang dilakukan sebagian manusia.

Kami tetap ingin menghormati kepercayaan orang - orang yang memiliki mempercayai hari baik dan hari buruk.

Maka dari itu di sini kami membuat contoh sendiri. Contoh yang tidak ada di dunia nyata. Tetapi yang kami ambil di sini adalah polanya.

Kemudian kami akan mencoba mengajak anda  untuk berfikir ulang terhadap pola- pola pikir semacam itu.
  1. Ada keyakinan yang berkembang di sebuah wilayah. Bahwa laki -laki yang lahir pada hari selasa tidak boleh menikahi gadis yang lahir pada hari selasa juga.
  2. Kayakinan itu di latar belakangi cerita dari para pendahulu mereka bahwa ada seorang pemuda di masa lampau yang menikahi seorang gadis.
  3. Tanpa sebab yang jelas, setelah 3 bulan menikah, si istri jadi tidak mencintai suaminya dan meminta cerai.
  4. Para orang tua jaman dahulu jadi heran kira - kira apa sebabnya.
  5. Ternyata setelah ditelusuri, ada satu keanehan. Bahwa si pemuda dan si gadis sama - sama lahir pada hari selasa. Lalu mereka melangsungkan pernikahan pada hari selasa juga. Apakah ini kebetulan?
  6. Sementara itu beberapa tahun kemudian ada juga pasangan pengantin baru yang juga sama - sama lahir di hari selasa mengalami hal yang sama, bercerai setelah istri mengalami kekerasan dalam rumah tangga.
  7. Ada lagi beberapa kejadian yang sama setelah itu.
  8. Sebagian orang tua kemudian membaca pola ini dan mencoba membuat kesimpulan.
  9. Bahwa seorang pemuda yang lahir di hari selasa dan ingin menikahi gadis yang lahir di hari selasa juga, maka jangan melangsungkan pernikahan pada hari selasa juga.
  10. Harus dicari hari lain. Atau bahkan jika perlu, pasangan tersebut dilarang menikah karena khawatir mengalami hal yang sama.
Begitu salah satu pola penerapan hari baik dan buruk di sekitar kita. Ada hari tertentu yang dianggap buruk untuk melangsungkan pernikahan.

Kami menghormati anda jika anda memiliki pemikiran semacam itu. Mempercayai baik buruknya pernikahan dari hari tertentu.

Di sini kami ingin menawarkan pemikiran baru. Yaitu anda tidak perlu menentukan baik dan buruk dengan cara seperti itu. 
Ini alasannya.
  1. Apakah mereka punya data bahwa sebagian besar atau bahkan malah seluruh manusia yang melanggar hari buruk pernikahan tersebut selalu berakhir dengan perceraian? Berapa persen?
  2. Apakah mereka punya data bahwa setiap manusia yang menaati kepercayaan tersebut sudah pasti langgeng pernikahannya? Atau berapa persen?
  3. Bagaimana jika di sekitar anda ada yang melanggar hari buruk pernikahan dan pernikahan mereka baik - baik saja? Dan bagaimana jika itu banyak?
  4. Bagaimana jika ada banyak pasangan yang menaati kepercayaan hari baik hari buruk dan pernikahan mereka tetap kandas dalam waktu singkat?
Empat hal itu seharusnya anda pertimbangkan juga. Sehingga jangan sampai anda batal menikahi pasangan yang anda cintai hanya karena menghindari hari buruk atau tanggal yang tidak cocok yang didasarkan pada alasan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan.

Jadi ketika sebagian besar keluarga besar menekan anda untuk mentaati kepercayaan ini, sebaiknya anda bisa lebih bijak dalam bersikap. Karena yang menjalani kehidupan pernikahan anda adalah anda bukan mereka.

Jika bisa dikompromikan itu lebih baik. Jika tidak, tentu anda cukup dewasa untuk mengambil keputusan dengan akal sehat dan agama anda tentunya.


Hal yang sama juga berlaku pada kasus lain selain pernikahan.

Hari baik adalah hari di mana anda melakukan lebih banyak kebaikan pada hari tersebut.

Hari buruk adalah hari yang anda lalui dengan melakukan keburukan dan kejahatan.

Semoga tulisan ini menambah manfaat untuk kita semua. Sukses selalu.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Menabung Penghasilan 1 juta

Laundry Kiloan Delivery Service Menyambut Warga Pendatang di Jogjakarta

Merencanakan Rekreasi Keluarga Tanpa Biaya