Menjadikan Rumah Sebagai Sekolah Alami untuk Anak Kami

membuat sekolah di rumah
sekolah di rumah
Membuat sekolah di rumah untuk anak atau anak ikut full day school?

Beberapa waktu yang lalu kami mendengar sebuah wacana  akan diberlakukannya sistem "full day school" untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah di seluruh Indonesia.

Di antara yang melatarbelakangi wacana tersebut adalah tidak cukupnya perhatian terhadap anak , khususnya bagi orang tua yang bekerja dari pagi sampai sore. Ayah bekerja mencari nafkah di luar rumah, sang ibu tak ketinggalan meniti karir di luar rumah. Demi masa depan dan pendidikan anak - anak.

Ketika kedua orang tua belum pulang kerja, maka anak - anak sepulang sekolah di siang hari menjadi tidak mendapat perhatian dan pengawasan yang cukup. Hal ini dikhawatirkan akan menyebabkan anak - anak menjadi tidak terkontrol, anak malas belajar, dan liar.

Ditambah lagi dengan semakin pesatnya pertumbuhan teknologi informasi. Anak - anak yang tidak terawasi orang tua tadi bisa dengan mudah mengakses konten - konten negatif yang berasal dari internet, maupun dari pergaulan bebas mereka dengan sembarang teman.

Dengan adanya 'full day school', diharapkan anak - anak memiliki kegiatan di sekolah yang lebih terarah sampai sore hari ketika kedua orang tuanya sudah pulang.

Gagasan 'full day school' ini tentu saja langsung menimbulkan pro dan kontra. Ada banyak aspek yang bisa diperdebatkan berkaitan dengan gagasan ini. Di antaranya :
  1. Apakah semua ibu - ibu bekerja di luar rumah, sehingga semua anak usia sekolah tidak terawasi dengan baik sepulang mereka dari sekolah? Dengan kata lain, apakah full day school ini dibutuhkan oleh semua anak - anak Indonesia?
  2. Idealnya, apakah seorang ibu itu meniti karir di luar rumah (meski suaminya mampu menafkahi dengan baik) fungsi ibu digantikan pengasuh, guru privat, ataukah seorang ibu itu fokus dalam membesarkan dan mendidik anak - anak di rumah? Dengan bekal ilmu pendidikan tinggi yang dimiliki seorang ibu, dia berikan semacam "kelas privat ekslusive" untuk anak - anak sendiri.
 Baiklah, kami tidak ingin membahas perdebatan dua poin di atas. Kalaupun kami bahas, tentu hanya menghasilkan pembahasan subyektif dari sudut pandang kami saja.

Lupakan wacana full day school, dan perdebatan yang menyertainya tadi, kami ingin berbagi bagaimana menciptakan suasana belajar yang kondusif di rumah untuk anak - anak.

Jadi ini bukan sebuah hasil penelitian ilmiah dan hasil survei, yang itu di luar  kapasitas kami. Kami hanya berbagi kepada pembaca semua tentang apa yang kami lakukan di rumah untuk anak - anak kami.

Harapan kami , kami bisa mendapatkan masukan positif dari pembaca semua, atau mungkin pembaca semua bisa mendapatkan manfaat dari tulisan ini.

Cara kami ini mungkin hanya bisa diterapkan bagi keluarga yang sosok ibu hadir di rumah, dan tidak meniti karir di luar rumah.

Akan lebih hebat ketika ada seorang ibu yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi bersedia total untuk menjadi guru, mentor, guru les, psikiater, sekaligus teman bermain untuk anak mereka sendiri.

Cara menjadikan rumah menjadi sekolah tempat mendidik anak - anak usia TK dan Sekolah Dasar
  1.  Kondisikan suasana rumah yang membuat anak semangat belajar. Rumah yang tertata rapi, bersih, kalau perlu mengatur dekorasi interior yang menarik untuk anak - anak.
  2.  Singkirkan segala hal yang bisa mengalihkan perhatian anak dari belajar. Jangan berikan akses gadget, smart phone, internet kepada anak. Lebih baik bermain permainan tradisional. 
  3. Biasakan juga anak untuk mendapat informasi dari membaca buku, bukan dari internet smartphone.
  4. Jika anak tidak kecanduan media sosial di smart phone, maka menjadikan ayah, ibu, kakak, adik, dan teman sebaya  sebagai media sosial anak - anak menjadi lebih mudah.
  5. Meski belajar tidak melulu seperti sekolahan, tidak ada salahnya anda menyediakan bacaan sains khusus untuk anak - anak, lalu praktikkan eksperimen - eksperimen sains sederhana yang di kemas seolah - olah sedang bermain. Belajar dengan bermain. Di sinilah anda, baik ayah, terutama ibu,  mengerahkan segala kreatifitas dan ilmu anda untuk merancang permainan edukatif yang menyenangkan untuk "siswa spesial" anak anda sendiri. Jangan ragu untuk selalu menambah ilmu anda dalam pendidikan anak. Baik lewat buku, atau mendapat bimbingan langsung dari yang lebih ahli.
  6. Jika anda sekeluarga mampu untuk tidak memiliki televisi, maka itulah yang terbaik. Televisi sering menjadi "saingan" terberat yang bisa mengalihkan perhatian anak dari sesuatu yang lebih bermanfaat. Jika tidak bisa, minimal batasi akses terhadap televisi. Kami pribadi ada televisi tetapi dengan membatasi hanya memperbolehkan untuk menonton siaran berita, film anak yang mendidik, dan tidak memperbolehkan semua anggota keluarga (termasuk orang tua) untuk menonton sinetron, reality show, gosip, dan berbagai acara sampah lainnya.
  7. Orang tua selalu memberi keteladanan kepada anak, bagaimana bersikap dan bertutur kata yang sopan. Sang ayah memberi teladan bagaimana seorang yang selalu berjuang pantang menyerah untuk keluarga, mencari nafkah, menghadapi segala permasalahan dengan tenang, mengayomi keluarga, dan sebagainya. Tidak kalah sang ibu memberi teladan, bagaimana menyayangi suami dan anak - anaknya, mengatur keuangan dengan cermat, mengatur kebersihan dan kerapian rumah, tidak suka bergunjing , mensyukuri semua yang diberikan oleh suami, dan masih banyak lagi sikap positif lainnya. Semua yang disaksikan langsung anak - anak sejak dia kecil dari kedua orang tua inilah, sekolah alamiah yang membentuk karakter dan mental anak - anak.
Suasana rumah yang kondusif, selain merupakan pendorong bagi anak agar rajin belajar, sekaligus sebagai tempat belajar itu sendiri.
Rumah adalah sebuah sekolah kehidupan yang membentuk karakter dan mental anak.

Mari jadikan rumah kita sekolah terbaik untuk anak - anak kita.

Apakah anda ingin mulai membuat Kartu Identitas Anak untuk anak anda? Jangan lupa  memastikan bahwa anak anda sudah memiliki akte kelahiran.



    Komentar

    Postingan populer dari blog ini

    Cara Menabung Penghasilan 1 juta

    Laundry Kiloan Delivery Service Menyambut Warga Pendatang di Jogjakarta

    Merencanakan Rekreasi Keluarga Tanpa Biaya